Friday, January 29, 2010

PERIODESASI GKPS PARAPAT 2010 - 2015

SEKSI BAPA
KETUA : St. Budianto Saragih Sijabat
Wakil Ketua : Sy. Jamelius Purba
SEKRETARIS : Mursaing Henry Damanik
Wakil Sekretaris : St. Ryanto Manihuruk
BENDAHARA : Juni Apulman Damanik
Anggota Sektor I : Janti Rayaman Sinaga
Anggota Sektor II: Mangahit Tua Ambarita
Pembimbing : St. Japeres Purba

SEKSI WANITA
KETUA : St. Ramasa br. Purba
Wakil Ketua : Sy. Berlina br. Sipayung
SEKRETARIS : Risdelimawaty br. Saragih
Wakil Sekretaris : Loisa Parliana br. Damanik
BENDAHARA : Mega Asima br. Situmorang
Anggota Sektor I : Sonang Br. Saragih
Anggota Sektor II: Sarifah br. saragih
Pembimbing : St. Johannes Sumbayak

PIMPINAN MAJELIS JEMAAT
KETUA : St. Artinus Siallagan
Wakil Ketua : St. Jawalmen Saragih
SEKRETARIS : St. Jan Warisman Damanik
BENDAHARA : Sy. Bikner Simarmata


SYAMAS
Sektor I:
Jon Wesly Purba ( Pa Indah )
Berlina br Sipayung ( Ma Yenni )
Sonang br Saragih ( Ma Cindy )
Lenniwati br Saragih ( Ma Irene )
Mahipal Sinaga ( penambahan , dipilih pada tanggal 13/3/2011 )

Sektor II:
Jhon Henry Saragih ( Pa Melky )
Jamelius Purba ( PA Lio )
Mursaing Henry Damanik ( Pa Michael )
Hegia br. Saragih ( Ma Johan )


PENGURUS SEKOLAH MINGGU & GURU
PEMBIMBING : St. TN. br Simbolon
KETUA : Sy. Berlina br Sipayung
WAKIL KETUA : Sy. Sonang br Saragih
SEKRETARIS : Sy. Mursaing Henry Damanik
BENDAHARA : Sy. Lenniwati br Saragih
GURU SM : Rosmelaty br Girsang ( ma Ian )
: Loisa br Damanik ( ma Lio )
: Risdelimawaty br Saragih ( ma Grace )

Semoga melayani dengan tulus demi kemulian NYA.SELAMAT BERTUGAS!!

Wednesday, October 14, 2009

GKPS PARAPAT 25 TAHUN

GKPS PARAPAT akan merayakan pesta perak 25 tahun sudah berdiri dikota turis parapat, minggu 15 Nopember 2009.

ketika itu, GKPS pertama di bibir pantai Danau Toba ( samping hotel parapat sekarang ), salah seorang warga Simalungun bapak TINGKOS SIPAYUNG ( almarhum ), rela dan terpanggil hatinya meminjamkan / mengijinkan kediamannya dijadikat tempat ibadah.......

saat ini GKPS berada di jl. pendidikan kel- parapat.

mohon dukungan doa dan dana , supaya berjalan dengan lancar......

buat semua panitia, mari bergandengan tangan....dan berbuat demi kemuliaan TUHAN....

khusus bagi pembaca yg budiman , bapak/ibu, kakak/adik, yg ada menyimpan poto2 jadul GKPS parapat...juga informasi, kegiatan....tolong di kirimkan atau diposting di FB ini.....

atas segala kesediaan Bapak/Ibu...kami ucapkan ribuan terimakasih....

teriring salam kami

a/n panitia.

Friday, April 10, 2009

TERIMAKASIH , JESUS CHRIST

Thanks our LORD, hari ini kami genap 10 tahun, hidup bersama dengan segala pernak-perniknya ( 11 April 1999 - 11 April 2009 ), dengan karunia-MU: 2 pangeran & 1 Ratu.

Wednesday, April 01, 2009

BUDIDAYA KOPI

I. PENDAHULUAN
Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia. Jika potensi dahsyat ini bisa kita manfaatkan tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di sektor perkebunan. Hanya butuh sedikit sentuhan teknis budidaya yang
tepat, niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan.

PT. Natural Nusantara berusaha mewujudkan harapan bersama tersebut dengan paket panduan teknis dan produk tanpa melupakan Aspek K-3 yaitu kuantitas, kualitas dan kelestarian yang kini menjadi salah satu syarat persaingan di era globalisasi.

II. PERSIAPAN LAHAN
- Untuk tanah pegunungan/miring buat teras.
- Kurangi/tambah pohon pelindung yang cepat tumbuh kira-kira 1:4 hingga 1: 8 dari jumlah tanaman kopi.
- Siapkan pupuk kandang matang sebanyak 25-50 kg, sebarkan Natural GLIO, diamkan satu minggu dan buat lobang tanam 60 x 60, atau 75 x 75 cm dengan jarak tanam 2,5x2,5 hingga 2,75 x 2,75 m minimal 2 bulan sebelum tanam

III. PEMBIBITAN
- Siapkan biji yang berkualitas dari pohon yang telah diketahui produksinya biasanya dari penangkar benih terpercaya.
- Buat kotak atau bumbunan tanah untuk persemaian dengan tebal lapisan pasir sekitar 5 cm.
- Buat pelindung dengan pelepah atau paranet dengan pengurangan bertahap jika bibit telah tumbuh
- Siram bibitan dengan rutin dengan melihat kebasahan tanah
- Bibit akan berkecambah kurang lebih 1 bulan, pilih bibit yang sehat dan lakukan pemindahan ke polibag dengan hati2 agar akar tidak putus pada umur bibit 2 -3 bulan sejak awal pembibitan
- Tambahkan pupuk NPK sebagai pupuk dasar (lihat tabel) hingga umur 12 bulan
- Siramkan SUPERNASA dosis 1 sendok makan per 10 liter air, ambil 250 ml per pohon dari larutan tersebut
- Setelah bibit umur 4 bulan semprotkan 2 tutup POC NASA per tangki sebulan sekali hingga umur bibit 7-9 bulan dan siap tanam

Tabel Dosis Pupuk Untuk Bibit Kopi
Umur (bln) gr/m2
Urea SP-36 KCl
3 10 5 5
5 20 10 10
7 30 15 15
9 40 20 20
12 50 25 25


Catatan : Jenis dan dosis pupuk bisa sesuai dengan anjuran dinas pertanian setempat. Perhatikan kelembapan tanah agar bibit tidak terkena serangan karat daun.

IV. PENANAMAN
- Masukkan pupuk kandang dengan campuran tanah bagian atas saat penanaman bibit.
- Usahakan saat tanam sudah memasuki musim hujan.
- Lakukan penyiraman tanah setelah tanam
- Hindarkan resiko kematian tanaman baru dari gangguan ternak.

V. PENYULAMAN
- Lakukan penyulaman segera jika tanaman mati atau gejala pertumbuhannya tidak normal.
- Penyulaman dilakukan awal musim hujan

VI. PENYIRAMAN
Lakukan penyiraman jika tanah kering atau musim kemarau

VII. PEMUPUKAN
- Pemupukan NPK diberikan dua kali setahun, yaitu awal dan akhir musim hujan.
- Setelah pemupukan sebaiknya disiram.

Jenis dan Dosis Pupuk Makro sesuai table.
Tahun gr/pohon/tahun
Urea SP-36 KCl
1 2 x 25 2 x 25 2 x 20
2 2 x 50 2 x 50 2 x 40
3 2 x 75 2 x 70 2 x 40
4 2 x 100 2 x 90 2 x 40
5 - 10 2 x 150 2 x 130 2 x 60
> 10 2 x 200 2 x 175 2 x 80


Catatan : Jenis dan Dosis pupuk sesuai dengan jenis tanah atau rekomendasi dinas pertaniam setempat

Cara pemupukan dibuat lubang kecil mengelilingi tanaman sejauh ¾ lebar tajuk, pupuk dimasukan dan ditutup tanah.
Akan lebih baik ditambah pupuk organik SUPERNASA dosis 1 botol untuk ± 200 tanaman . 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon atau siram atau kocorkan SUPERNASA 1 sendok makan per 10 liter air setiap 3-6 bulan sekali.
Semprotkan POC NASA 3-4 tutup + HORMONIK 1-2 tutup per tangki setiap 1 bulan sekali

VIII. PEMANGKASAN
Lakukan pemangkasan rutin setelah berakhirnya masa panen (pangkas berat) untuk mengatur bentuk pertumbuhan, mengurangi cabang tunas air (wiwilan), mengurangi penguapan dan bertujuan agar terbentuk bunga, serta perbaikan bagian tanaman yang rusak.
Pemangkasan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan

IX. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

A. H A M A
1. Bubuk buah kopi (Stephanoderes hampei) serangan di penyimpanan buah maupun saat masih di kebun . Pencegahan dengan PESTONA atau BVR secara bergantian
2. Penggerek cabang coklat dan hitam (Cylobarus morigerus dan Compactus ) menyerang ranting dan cabang. Pencegahan dengan PESTONA.
3. Kutu dompolan (Pseudococcus citri) menyerang kuncup bunga, buah muda, ranting dan daun muda, pencegahan gunakan PESTONA, BVR atau PENTANA.+ AERO 810 secara bergantian

B. PENYAKIT
1. Penyakit karat daun disebabkan oleh Hemileia vastatrix , preventif semprotkan Natural GLIO
2. Penyakit Jamur Upas disebabkan oleh Corticium salmonicolor : Kurangi kelembaban , kerok dan preventif oleskan batang/ranting dengan Natural GLIO + POC NASA
3. Penyakit akar hitam penyebab Rosellina bunodes dan R. arcuata. Ditandai dengan daun kuning, layu, menggantung dan gugur. preventif dengan Natural GLIO
4. Penyakit akar coklat penyebabnya : Fomes lamaoensis atau Phellinus lamaoensis preventif dengan Natural GLIO
5. Penyakit bercak coklat pada daun oleh Cercospora cafeicola Berk et Cooke pencegahan dengan Natural GLIO
6. Penyakit mati ujung pada ranting.Penyebabnya Rhizoctonia .Preventif gunakan Natural GLIO.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

X. P A N E N
Kopi akan berproduksi mulai umur 2,5 tahun jika dirawat dengan baik dan buah telah menunjukkan warna merah yang meliputi sebagian besar tanaman, dan dilakukan bertahap sesuai dengan masa kemasakan buah.

XI. PENGOLAHAN HASIL
Agar dipersiapkan terlebih dahulu tempat penjemuran, pengupasan kulit dan juga penyimpanan hasil panen agar tidak rusak akibat hama pasca panen. Buah panenan harus segera diproses maksimal 20 jam setelah petik untuk mendapatkan hasil yang baik.

Penyebab Kerusakan Kopi Beras :
1. Biji keriput : asal buah masih muda
2. Biji berlubang :kopi terserang bubuk
3. Biji kemerahan : Kurang bersih mencucinya
4. Biji pecah : mesin pengupas kurang sempurna, berasal dari buah yang terserang bubuk, pada saat pengupasan dengan mesin kopi terlalu kering.
5. Biji pecah diikuti oleh perubahan warna: mesin penguap dan pemisah kulit dengan biji kurang sempurna, fermentasi pada pengolahan basah kurang sempurna.
6. Biji belang : pengeringan tidak sempurna, terlalu lama disimpan , suhu penyimpanan terlalu lembab.
7. Biji Pucat : terlalu lama disimpan di tempat lembab
8. Biji berkulit ari : Pengeringan tidak sempurna atau terlalu lama, pada pengeringan buatan suhu awal terlalu rendah.
9. Biji berwarna kelabu hitam : pada pengeringan buatan suhunya terlalu tinggi.
10. Noda-noda cokelat hitam : pada pengeringan buatan, kopi tidak sering diaduk/dibolak-balik. sumber: http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=33878706

Tuesday, January 13, 2009

hanya 50 ribu rupiah** menginap dihotel niagara parapat


mau menikmati danau toba dan tinggal di parapat....ini ada penawaran khusus dari management hotel niagara parapat....
simak iklannya

Wednesday, December 10, 2008

PERAYAAN NATAL OIKUMENE KECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON BERLANGSUNG HIKMAD

Perayaan Natal Oikumene Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dihadiri ratusan umat Kristiani yang berasal dari berbagai denominasi gereja, berlangsung hikmad dan lancar, Minggu (7/12) di Open Stage Parapat.
Hamba Tuhan, Pdt. J. Sirait Sth dalam Kotbah Natalnya menyebutkan, Tema Natal Oikumene Kecamatan sangat bagus yakni, “ Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus ” (Filippi 2:5 ), dan mengingatkan bahwa Jesus Kristus itu adalah juru segalanya.
Sebelumnya Ketua Panitia Natal Oikumene Kecamatan Girsang Sipangan Bolon , Marolop Gurning berterimakasih atas terselenggaranya natal dan segala partisipasi juga kehadiran para undangan baik dari Muspika Kecamatan, Gereja-Gerja, tokoh masyarakat, Dunia Usaha, pendidikan dan semua masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon .
Sementara itu Bapak Drs. Marolop Silalahi selaku Camat Girsang Sipangan Bolon menghimbau dan mengajak supaya umat lebih intropeksi diri untuk masa kedepan. Beliau juga mengingatkan bahwa sungguh besar kasih TUHAN bagi kita.
St. A. Siallagan mewakili dari gereja-gereja ( GKPS ) mengingatkan , supaya kita jangan kehilangan arah dan jangan pula kehilangan iman. “ Yakinlah Tuhan Yesus Kristus selalu mendampingi kita, serta suara-NYA menggema , membahana didiri kita masing-masing.
Meskipun hujan gerimis turun, animo masyarakat tidak surut untuk mengikuti natal . Acara berlangsung diisi dengan liturgi, puisi,koor dari beberapa gereja ditutup dengan doa pemberkatan .
Di akhir acara, beberapa persembahan lagu dikumandangkan dan tarian modern dipertunjukkan. Selamat Hari Natal!!

Saturday, November 22, 2008

PENGHARGAAN, 15 TAHUN MENGABDI DI HOTEL NIAGARA PARAPAT

Sabtu Malam, 8 Nopember 2008 tepatnya di pool side hotel niagara, diadakan gala dinner yang diikuti oleh pemilik, staff, karyawan/ty beserta keluarga dari 3 perusahaan ( Hotel Niagara, Delta Mas, Delta Mulia ), jumlah yang menghadiri acara ini mencapai ribuan orang.


Saya didampingi istri tercinta dan ke dua pangeranku ( michael-david ) sedangkan my lovely daughter PUTRI nggak bisa ikut karena sedang batuk......( lekas sembuh ya putri......we love You ).

Pada kesempatan ini, aku mendapat pin berwarna kuning keemasan yang bertuliskan " HOTEL NIAGARA " yang langsung di sematkan oleh direktur hotel niagara bapak Agussaman Budiman. dan sejumlah uang penghargaan...thank you , sir!!!

ternyata tidak terasa, 15 tahun sudah ku abdikan diriku buat perusahaan dan sekian lama pula perusahaan ini menjadi sumber mata pencaharianku........

kiranya TUHAN YANG MAHA KUASA memberi kesehatan buat sang pemilik dan pekerjanya juga memberikan kepercayaan pada wisman/wisnu untuk berkunjung sebanyak-banyaknya ke HOTEL NIAGARA.....semoga!!!!

Monday, November 17, 2008

HAPPY BIRTH DAY to you DAVID

Selamat ulang tahun buat ananda DAVID, hari ini Sabtu 15 Nopember 2008, genap sudah usiamu 5 tahun ( 15 Nopember 2003 - 15 Nopember 2008 ). Lima tahun yang lalu kamu dilahirkan di Horas Insani Hospital - P. Siantar dan bertumbuh dan berkembang di kota tersebut, kini usiamu bertambah.

Papa , mama, abang dan adek mengucapkan: " HAPPY BIRTHA DAY TO YOU "

kegiatan untuk merayakan ultah, mendampingi David main video game di bina kasih rental.

sembari menunggu abangnya Michael lagi belajar di bimbingan tersebut, kami main video game lebih kurang 2 jam.....

Menu makanan yang disiapkan mama, kepiting lengkap dengan soupnya...

LOVE & PEACE

Tuesday, September 30, 2008

JEMBATAN SISERA-SERA

Jembatan sisera-sera adalah salah satu nama jembatan yang tersohor disamping jembatan-jembatan yang tersohor lainnya. Jembatan yang masuk wilayah kelurahan Girsang 1 ini ( Kec. Girsang Sipangan Bolon-Simalungun ), terkenal bukan karena panjang atau lebar juga kedalamannya, tetapi jembatan terbilang berbahaya....kenapa sampai dijuluki demikian??? Mungkin saja karena tikungan yang tajam atau menukik alasannya. memang ketika mau sampai di JSS ( Jembatan Sisera-sera ) baik arah ke Tapanuli dan arah ke Siantar, Medan....kita jumpai tikungan yg berbahaya.

Berikut kutipan lagu yang mengabadikan Jembatan tersebut : " Lombang sisera-sera da hadabuan ni motor i,.....dst.....dsat...) . lagu ini sudah lama sekali, ketika saya masih kecil , lagunya sudah ada dan pernah di didendangkan pada pertunjukan opera.....( pertunjukkannya sangat indah, hidup dan memukau ketika itu ).

Sekarang jembatan ini bukan hanya dilantumkan dalam lagu lagi, namun sudah menjadi bahagian dari teman hidupku sehari-hari. Karena bisa dibilang " my house facing to the sisera-sera bridge ". artinya ketika kendaraan roda 2, roda 3, roda 4, apalagi roda banyak sekali...tampak jelas terlihat melintas diatasnya.......
malam hari pemandangannya lumayan bagus.......

lombang sisera-sera da hadabuan ni motor i.......

sampai tulisan ini naik posting...belum pernah ada kendaraan atau manusia yang jatuh, kecelakaan disana......semoga sampai selamanya

Wednesday, August 27, 2008

MICHAEL'S 9TH.....GBU

SENIN 25 AGUSTUS 2008 GENAP BERUSIA 9 TAHUN. PADA USIA YANG KE 9 INI, DIA SUDAH DUDUK DI KELAS III SD PARAPAT.

KEGIATAN YANG DILAKUKAN:

TURUT MENDUKUNG PROGRAM PEMERINTAH DAN DUNIA YAITU MENANAM POHON. POHON YG DITANAM SATU POKOK DURIAN YANG LANGSUNG DITANAM MICHAEL DIBANTU OLEH UNCEL NYA ( SURYA PURBA )

LOKASI TANAMAN:

LEBIH KURANG 7 METER DIBELAKANG RUMAH


IDE:

PENANAMAN DILAKUKAN, KARENA SULITNYA DAN MAHALNYA KAYU KETIKA MEMBANGUN RUMAH BARU DI LOKASI POKOK DURIAN YG DITANAM.


HARAPAN:

KIRANYA , DURIANNYA CEPAT BESAR DAN BERBUAH, SUPAYA BISA DIPANEN BUAHNYA DAN POHONNYA

Sunday, June 29, 2008

KERINDUAN

Arti sebuah kerinduan, kali ini sangat kurasakan. Rindu buat sang pangeran MICHAEL yang lagi holiday sama grandmom-nya di Gunung Pamela, Serdang Bedagai. Biasanya, setiap minggu pagi...dia dan adiknya DAVID selalu sama2 ke GKPS Chruch tuk kebaktian minggu. Kali ini , kewajiban itu nggak kulakukan lagi....dan David mengikuti kebaktian minggu bersama kami ( minggu dewasa ).

Sungguh aku merindukanmu NAK!!
hati2 ya!!!

we love you.

Papa, Mama, David & Putri

Thursday, January 17, 2008

PUTRI PINDAH DARI RS HARAPAN KE RS HORAS INSANI - P. SIANTAR

TANGGAL 6 JANUARI 2008, TEPAT PUKUL 10:00 WIB PUTRI PINDAH RUMAH SAKIT. HAL INI DILAKUKAN SUPAYA PERAWATANNYA LEBIH TERKONTROL DAN BAIK. SETIBA DI RS HORAS INSANI, DIA DIPASANG OXIGEN LAGI. SELAMA DI SINI KONDISINYA BERANGSUR-ANGSUR BAIK, DAN AIR SUSU IBI ( MAMA ) KELUAR DAN DI BERIKAN.

PARA BIDAN NYA JAUH LEBIH BAIK DAN PERHATIAN KALAU DIBANDINGKAN DI RS SEBELUMNYA.
KONDISI PUTRI SAMPAI HARI INI ...MENINGKAT JAUH LEBIH SEHAT DAN BAIK......THANK'S JESUS!!

Friday, January 11, 2008

MOLORNYA VISITE DOKTER & JADWAL OPERASI

Sejak mama dirawat di RS Harapan - P. Siantar, visite dokter slalu datang terlambat dan yang paling menyedihkan.....janji di USG tetapi diundur-undur.

Ketika mama di pastikan akan operasi caesar untuk melahirkan putri tersayangku, lagi..lagi dokter molor dari jadwal yang telah ditentukan/dijanjikan......coba bayangkan saja janji di opersi antara jam 13:00 dan jam 14:00 ...molor waktunya menjadi jam 21:00 wwib, kita sangat kecewa dan kasihan lihat mama puasa berjam-jam lamanya.

PENILAIAN / PERASAAN KAMI, DAN PASIEN LAIN TENTANG PELAYANAN RS INI LEBIH BANYAK BURUKNYA.

operasi caesar dilakukan hari kamis tanggal 3 janurai 2008 tepat pukul 21:00 wwib.

Thursday, January 10, 2008

PECAH KETUBAN / PRA OPERASI MELAHIRKAN

tanggal 27 December 2007,sekitar pukul 17: 15 wib, hari yang sangat mencemaskan buat kami sekeluarga dimana kehamilan mama terganggu ( pecah ketuban ).
Dimana ketika itu , mama dan michael baru saja pulang dari kotamadya p. siantar untuk urusan dinas dan check-up kandungan mama.

untuk mendapat pertolongan pertama, mama kami bawa ke rumah bidan belsida sinaga, selanjutnya istrahat di rumah.

Merasa air ketuban tetap saja keluar dan khawatir kehabisan terpaksa esok harinya 28/12/2007, mama kami bawa ke p. siantar dengan rujukan dokter ke Rumah Sakit Harapan. Disini mama dirawat seperti pasien lainnya.

Malam pergantian tahun 2007 ke 2008( Old & New ), terpaksa kami lewati di rumah sakit swasta ini, ....next...!!!

Monday, August 27, 2007

suku simalungun

Suku Simalungun adalah salah satu suku asli dari Sumatera Utara, Indonesia.

Simalungun artinya "sunyi". Nama itu diberikan oleh orang luar karena penduduknya sangat jarang dan tempatnya sangat berjauhan antara yang satu dengan yang lain. Orang Batak Toba menyebutnya "Balungu" sedangkan orang Karo menyebutnya Batak Timur karena bertempat di sebelah timur mereka.

Daftar isi
1 Asal-usul
2 Terbentuknya Simalungun
3 Kehidupan masyarakat Simalungun
4 Kepercayaan
5 Marga-Marga
5.1 Harungguan Bolon
5.2 Marga-marga perbauran
5.3 Penambahan Marga
6 Perkerabatan Simalungun
6.1 Tutur Manorus / Langsung
6.2 Tutur Holmouan / Kelompok
6.3 Tutur Natipak / Kehormatan
7 Lihat pula
8 Catatan



ASAL-USUL

Terdapat berbagai sumber mengenai asal usul Suku Simalungun, tetapi sebagian besar menceritakan bahwa nenek moyang Suku Simalungun berasal dari luar Indonesia.
Kedatangan ini terbagi dalam 2 gelombang [1]:

Gelombang pertama (Proto Simalungun), diperkirakan datang dari Nagore (India Selatan) dan pegunungan Assam (India Timur) di sekitar abad ke-5, menyusuri Myanmar, ke Siam dan Malaka untuk selanjutnya menyeberang ke Sumatera Timur dan mendirikan kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik.
Gelombang kedua (Deutero Simalungun), datang dari suku-suku di sekitar Simalungun yang bertetangga dengan suku asli Simalungun.
Pada gelombang Proto Simalungun di atas, Tuan Taralamsyah Saragih menceritakan bahwa rombongan yang terdiri dari keturunan dari 4 Raja-raja besar dari Siam dan India ini bergerak dari Sumatera Timur ke daerah Aceh, Langkat, daerah Bangun Purba, hingga ke Bandar Kalifah sampai Batubara.

Kemudian mereka didesak oleh suku setempat hingga bergerak ke daerah pinggiran Toba dan Samosir.


TERBENTUKNYA SIMALUNGUN
Pada kerajaan Nagur di atas, terdapat beberapa panglima (Raja Goraha) yaitu masing-masing bermarga[2]:

Saragih
Sinaga
Purba
Kemudian mereka dijadikan menantu oleh Raja Nagur dan selanjutnya mendirikan kerajaan-kerajaan:

Silou (Purba Tambak)
Tanoh Djawa (Sinaga)
Raya (Saragih)
Selama abad ke-13 hingga ke-15, kerajaan-kerajaan kecil ini mendapatkan serangan dari kerajaan-kerajaan lain seperti Singasari, Majapahit, Rajendra Chola (India) dan dari Sultan Aceh, Sultan-sultan Melayu hingga Belanda.

Selama periode ini, tersebutlah cerita "Hattu ni Sapar" yang melukiskan kengerian keadaan saat itu di mana kekacauan diikuti oleh merajalelanya penyakit kolera hingga mereka menyeberangi "Laut Tawar" (sebutan untuk Danau Toba) untuk mengungsi ke pulau yang dinamakan Samosir yang merupakan kependekan dari Sahali Misir (bahasa Simalungun, artinya sekali pergi).

Saat pengungsi ini kembali ke tanah asalnya (huta hasusuran), mereka menemukan daerah Nagur yang sepi, sehingga dinamakanlah daerah kekuasaan kerajaan Nagur itu sebagai Sima-sima ni Lungun, bahasa Simalungun untuk daerah yang sepi, dan lama kelamaan menjadi Simalungun. (M.D Purba, 1997)


Kehidupan masyarakat Simalungun
Sistem mata pencaharian orang Simalungun yaitu bercocok tanam dengan jagung, karena padi adalah makanan pokok sehari-hari dan jagung adalah makanan tambahan jika hasil padi tidak mencukupi. Jual-beli diadakan dengan barter, bahasa yang dipakai adalah bahasa dialek. "Marga" memegang peranan penting dalam soal adat Simalungun. Jika dibandingkan dengan keadaan Simalungun dengan suku Batak yang lainnya sudah jauh berbeda. Di Tapanuli sudah berdiri sekolah-sekolah, rumah sakit, dan sekolah-sekolah keterampilan lainnya sehingga sistem kehidupan Tapanuli lebih maju.


Kepercayaan
Sebelum masuknya Misionaris Agama Kristen dari RMG, penduduk Simalungun bagian timur pada umumnya sudah banyak menganut agama Islam sedangkan Simalungun Barat menganut animisme. Bila diselidiki lebih dalam kepercayaan mereka dengan pemakaian mantera-mantera yang dari "Datu" yang untuk dipersembahkan kepada roh-roh nenek moyang selalu didahului panggilan kepada Allah di atas, Allah di tengah, Allah di bawah.

Sistem pemerintahan di Simalungun dipimpin oleh seorang Raja, sebelum pemberitaan Injil masuk Tuan Rajalah yang sangat berpengaruh. Orang Simalungun menganggap bahwa anak Raja itulah Tuhan dan Raja itu sendiri adalah Allah yang kelihatan.

MARGA-MARGA

HASIL HARUNGGUAN BOLON
Terdapat empat marga asli suku Simalungun yang populer dengan akronim SISADAPUR[3], yaitu:

Sinaga
Saragih
Damanik
Purba
Keempat marga ini merupakan hasil dari “Harungguan Bolon” (permusyawaratan besar) antara 4 raja besar untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan (marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh).

Keempat raja itu adalah[4]:

1. Raja Nagur bermarga Damanik
Damanik berarti Simada Manik (pemilik manik), dalam bahasa Simalungun, Manik berarti Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan (bersemangat, berkharisma, agung/terhormat, paling cerdas).
Raja ini berasal dari kaum bangsawan India Selatan dari Kerajaan Nagore. Pada abad ke-12, keturunan raja Nagur ini mendapat serangan dari Raja Rajendra Chola dari India, yang mengakibatkan terusirnya mereka dari Pamatang Nagur di daerah Pulau Pandan hingga terbagi menjadi 3 bagian sesuai dengan jumlah puteranya:

Marah Silau (yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja Sipolha, Raja Siantar, Tuan Raja Sidamanik dan Tuan Raja Bandar)
Soro Tilu (yang menurunkan marga raja Nagur di sekitar gunung Simbolon: Damanik Nagur, Bayu, Hajangan, Rih, Malayu, Rappogos, Usang, Rih, Simaringga, Sarasan, Sola)
Timo Raya (yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan keturunannya Damanik Tomok)
Selain itu datang marga keturunan Silau Raja, Ambarita Raja, Gurning Raja, Malau Raja, Limbong, Manik Raja yang berasal dari Pulau Samosir dan mengaku Damanik di Simalungun.

2. Raja Banua Sobou bermarga Saragih
Saragih dalam bahasa Simalungun berarti Simada Ragih, yang mana Ragih berarti atur, susun, tata, sehingga simada ragih berarti Pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang.
Keturunannya adalah:

Saragih Garingging yang pernah merantau ke Ajinembah dan kembali ke Raya.
Saragih Sumbayak keturunan Tuan Raya Tongah, Pamajuhi, dan Bona ni Gonrang.
Saragih Garingging kemudian pecah menjadi 2, yaitu:


Dasalak, menjadi raja di Padang Badagei
Dajawak, merantau ke Rakutbesi dan Tanah Karo dan menjadi marga Ginting Jawak.
Walaupun jelas terlihat bahwa hanya ada 2 keturunan Raja Banua Sobou, pada zaman Tuan Rondahaim terdapat beberapa marga yang mengaku dirinya sebagai bagian dari Saragih (berafiliasi), yaitu: Turnip, Sidauruk, Simarmata, Sitanggang, Munthe, Sijabat, Sidabalok, Sidabukke, Simanihuruk.

Ada satu lagi marga yang mengaku sebagai bagian dari Saragih yaitu Pardalan Tapian, marga ini berasal dari daerah Samosir.

3. Raja Banua Purba bermarga Purba
Purba menurut bahasa berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Purwa yang berarti timur, gelagat masa datang, pegatur, pemegang Undang-undang, tenungan pengetahuan, cendekiawan/sarjana.
Keturunannya adalah: Tambak, Sigumonrong, Tua, Sidasuha (Sidadolog, Sidagambir). Kemudian ada lagi Purba Siborom Tanjung, Pakpak, Girsang, Tondang, Sihala, Raya.

Pada abad ke-18 ada beberapa marga Simamora dari Bakkara melalui Samosir untuk kemudian menetap di Haranggaol dan mengaku dirinya Purba. Purba keturunan Simamora ini kemudian menjadi Purba Manorsa dan tinggal di Tangga Batu dan Purbasaribu.

4. Raja Saniang Naga bermarga Sinaga atau Tanduk Banua (terletak di perbatasan Simalungun dengan tanah Karo)
Sinaga berarti Simada Naga, dimana Naga dalam mitologi dewa dikenal sebagai penebab Gempa dan Tanah Longsor.
Keturunannya adalah marga Sinaga di Kerajaan Tanah Jawa, Batangiou di Asahan.

Saat kerajaan Majapahit melakukan ekspansi di Sumatera pada abad ke-14, pasukan dari Jambi yang dipimpin Panglima Bungkuk melarikan diri ke kerajaan Batangiou dan mengaku bahwa dirinya adalah Sinaga.

Menurut Taralamsyah Saragih, nenek moyang mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga Dadihoyong setelah ia mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari kerajaan Batangiou dalam suatu ritual adu sumpah (Sibijaon).Tideman, 1922

Beberapa Sumber mengatakan bahwa Sinaga keturunan raja Tanoh Djawa berasal dari India, salah satunya adalah menrurut Tuan Gindo Sinaga keturunan dari Tuan Djorlang Hatara.

Beberapa keluarga besar Partongah Raja Tanoh Djawa menghubungkannya dengan daerah Nagaland (Tanah Naga) di India Timur yang berbatasan dengan Myanmar yang memang memiliki banyak persamaan dengan adat kebiasaan, postur wajah dan anatomi tubuh serta bahasa dengan suku Simalungun dan Batak lainnya.


Marga-marga perbauran
Perbauran suku asli Simalungun dengan suku-suku di sekitarnya di Pulau Samosir, Silalahi, Karo, dan Pakpak menimbulkan marga-marga baru. Marga-marga tersebut yaitu:

Saragih: Sidauruk, Sidabalok, Siadari, Simarmata, Simanihuruk, Sidabutar, Munthe dan Sijabat
Purba: Manorsa, Simamora, Sigulang Batu, Parhorbo, Sitorus dan Pantomhobon
Damanik: Malau, Limbong, Sagala, Gurning dan Manikraja
Sinaga: Sipayung, Sihaloho, Sinurat dan Sitopu
Selain itu ada juga marga-marga lain yang bukan marga Asli Simalungun tetapi kadang merasakan dirinya sebagai bagian dari suku Simalungun, seperti Lingga, Manurung, Butar-butar dan Sirait.

Zaman raja-raja Simalungun, orang yang tidak jelas garis keturunannya dari raja-raja disebut “jolma tuhe-tuhe” atau “silawar” (pendatang). Zaman dahulu mereka ini akibat hukum marga yang keras di Simalungun menyatukan dirinya dengan marga raja-raja agar mendapat hak hidup di Simalungun.
Demikianlah sehingga makin bertambah banyak marga di Simalungun. Tetapi meski demikian sejak dahulu hanya ada empat marga pokok di Simalungun yakni Sisadapur : Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba.

Setelah raja-raja dikuasai Belanda sejak ditandatanganinya Korte Verklaring (Perjanjian Pendek) tahun 1907 dan dihapuskannya kerajaan/feodalisme dalam aksi Revolusi Sosial tanggal 3 Maret 1946 sampai April 1947, peraturan tentang marga itu hapus di Simalungun. Masing-masing marga kembali lagi ke marga aslinya dan ke sukunya semula.


Penambahan Marga
Pada tahun 1930, Pdt. J. Wismar Saragih pernah menuliskan surat permohonan pada kumpulan Raja-Raja Simalungun yang berkumpul di Pematang Siantar yang meminta agar Raja-Raja tersebut menetapkan marga-marga baru sebagai tambahan kepada marga resmi Simalungun dengan maksud agar semakin banyak marga Simalungun seperti pada suku lain. Walaupun ide tersebut diterima oleh Raja-Raja tersebut namun permohonan J. Wismar Saragih belum disetujui karena belum tepat waktunya.


Perkerabatan Simalungun
Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal “silsilah” karena penentu partuturan di Simalungun adalah “hasusuran” (tempat asal nenek moyang) dan tibalni parhundul (kedudukan/peran) dalam horja-horja adat (acara-acara adat). Hal ini bisa dilihat saat orang Simalungun bertemu, bukan langsung bertanya “aha marga ni ham?” (apa marga anda) tetapi “hunja do hasusuran ni ham (dari mana asal-usul anda)?"

Hal ini dipertegas oleh pepatah Simalungun “Sin Raya, sini Purba, sin Dolog, sini Panei. Na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei” (dari Raya, Purba, Dolog, Panei. Yang manapun tak berarti, asal penuh kasih). Kenapa? Karena seluruh marga raja-raja Simalungun itu diikat oleh persekutuan adat yang erat oleh karena konsep perkawinan antara raja dengan “puang bolon” (permaisuri) yang adalah puteri raja tetangganya. Seperti raja Tanoh Djawa dengan puang bolon dari Kerajaan Siantar (Damanik), raja Siantar yang puang bolonnya dari Partuanan Silappuyang, raja Panei dari putri raja Siantar, raja Silau dari putri raja Raya, raja Purba dari putri raja Siantar dan Silimakuta dari putri raja Raya atau Tongging.

Adapun Perkerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai Partuturan. Partuturan ini menetukan dekat atau jauhnya hubungan kekeluargaan (pardihadihaon), dan dibagi kedalam beberapa kategori sebagai berikut:[5]


Tutur Manorus / Langsung
Perkerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri.

Ompung: Orangtua Ayah atau Ibu, Saudara (Kakak/Adik) dari orangtua Ayah atau Ibu
Bapa/Amang: Ayah
Inang: Ibu
Abang: Saudara lelaki yang lahir lebih dulu dari kita.
Anggi: Adik lelaki; saudara lelaki yang lahir setelah kita.
Botou: Saudara perempuan (baik lebih tua atau lebih muda).
Amboru: Saudara perempuan Ayah; Saudara perempuan pariban Ayah; Saudara perempuan Mangkela. Bagi wanita: orangtua dari Suami kita; Amboru dari suami kita; atau mertua dari Saudara Ipar perempuan kita.
Mangkela: Suami dari saudara perempuan dari Ayah
Tulang: Saudara lelaki Ibu; Saudara lelaki pariban Ibu; Ayah dari besan
Anturang: Istri dari Tulang; Ibu dari besan
Parmaen: Istri dari Anak; Istri dari Keponakan; Anak Perempuan dari Saudara Perempuan Istri; Amboru dan Mangkela kita memanggil istri kita Parmaen
Nasibesan: Istri dari Saudara (Ipar) lelaki dari Istri kita atau saudara Istri kita
Hela: Suami dari Puteri kita; Suami dari Puteri dari kakak/adik kita
Gawei/Eda: Hubungan Wanita dengan Istri Saudara Lelakinya
Lawei: Istri dari Saudara Lelaki
Botoubanua: Puteri Amboru; Bagi wanita: Putera Tulang
Pahompu: Cucu; Anak dari Botoubanua; Anak Pariban
Nono: Pahompu dari Anak (Lelaki)[6]
Nini: Pahompu dari Boru[7]
Sima-sima: Anak dari Nono/Nini
Siminik: Pahompu dari Nono/Nini




Tutur Holmouan / Kelompok
Melalui tutur Holmouan ini bisa terlihat bagaimana berjalannya adat Simalungun

Ompung Nini: Ayah dari Ompung
Ompung Martinodohon: Saudara (Kakak/Adik) dengan Ompung
Ompung Doli: Ayah kandung dari Ayah, kalau Nenek perempuan disebut Inang Tutua
Bapa Tua: Saudara lelaki paling tua dari Ayah
Bapa Godang: Saudara lelaki yang lebih tua dari Ayah, di beberapa tempat biasa juga disebut Bapa Tua
Inang Godang: Istri dari Bapa Godang
Bapa Tongah: Saudara lelaki Ayah yang lahir dipertengahan (bukan paling tua, bukan paling muda)
Inang Tongah: Istri dari Bapa Tongah
Bapa Gian / Bapa Anggi: Saudara lelaki Ayah yang lahir paling belakang
Inang Gian / Inang Anggi: Istri dari Bapa Gian/Anggi
Sanina / Sapanganonkon: Saudara satu Ayah/Ibu
Pariban: Sebutan bagi orang yang dapat kita jadikan pasangan (suami atau istri) atau adik/kakaknya
Tondong Bolon: Pambuatan (Orang Tua atau Saudara Laki dari Istri/Suami) kita
Tondong Pamupus: Pambuatan Ayah kandung kita
Tondong Mata ni Ari: Pambuatan Ompung kita
Tondong Mangihut
Anakborujabu: Sebagai pimpinan dari semua Boru, Anakborujabu dituakan karena bertanggung jawab pada tiap acara Suka/Duka Cita.
Panogolan: Anak laki/perempuan dari saudara perempuan
Boru Ampuan: Hela kandung yang menikahi Anak Perempuan kandung kita
Anakborumintori: Istri/Suami dari Panogolan
Anakborumangihut: Lawei dari Botou
Anakborusanina

Tutur Natipak / Kehormatan
Tutur Natipak digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat.

Kaha: Digunakan pada Istri dari Saudara Laki-laki yang lebih tua. Bagi Wanita, Kaha digunakan untuk memanggil Suami Boru dari Kakak Ibu.
Nasikaha: Digunakan Istri kita untuk memanggil Saudara Laki kita yang lebih tua
Nasianggiku: Untuk memanggil Istri dari Adik
Anggi
Ham: Digunakan pada orang yang membesarkan/memelihara kita (orang tua) atau pada orang yang seumur yang belum diketahui hubungannya dengan kita
Handian: Serupa penggunaannya dengan Ham, tapi memiliki arti yang lebih luas.
Dosan: Digunakan tetua terhadap sesama tetua
Anaha: Digunakan tetua terhadap anak Muda Laki
Kakak: Digunakan anak Perempuan kepada Saudara Lakinya yang lebih tua
Ambia: Panggilan seorang Laki terhadap Laki lain yang seumuran
Ho: Panggilan bagi orang yang sudah akrab (sakkan) atau pada orang yang derajadnya lebih rendah, kadang digunakan oleh Suami pada Istrinya
Hanima: Sebutan untuk Istri (kasar) atau pada orang yang berderajad lebih rendah dari kita (jamak, lebih dari seorang)
Nasiam: Sebutan untuk yang secara kekerabatan berderajad di atas (jamak, lebih dari seorang)
Akkora: Sebutan orang Tua bagi anak Perempuan yang dekat hubungan kekerabatannya
Abang: Panggilan pada Saudara laki yang lebih tua atau yang berderajad lebih dari kita
Tuan: Dulu untuk pemimpin Huta (Kampung), atau pada Keturunan Raja
Sibursok: Sebutan bagi anak Laki yang baru lahir
Sitatap: Sebutan bagi anak Perempuan yang baru lahir
Awalan Pan/Pang: Sebutan bagi seorang Laki yang sudah memiliki Anak, misal anaknya Ucok, maka Ayahnya disebut Pan-Ucok/Pang-Ucok.
Awalan Nang/Nan: Sebutan bagi seorang Perempuan yang sudah memiliki Anak, misal anaknya Ucok, maka Ibunya disebut Nan-Ucok/Nang-Ucok.


Catatan
^ Herman Purba Tambak, SIB 3 September 2006, hlm. 9
^ Pdt Juandaha Raya P Dasuha, STh, SIB, "Perekat Identitas Sosial Budaya Simalungun" 22 Oktober 2006
^ The Simalungun Protestant Church in Indonesia, a brief history, Kolportase GKPS, Pematang Siantar, 1983, hlm. 6
^ Pdt Juandaha Raya P Dasuha, STh, SIB(Perekat Identitas Sosial Budaya Simalungun) 22 Oktober 2006
^ Jaumbang Garingging, Palar Girsang, Adat Simalungun, Medan, 1975
^ Sebagian orang mengartikan Nono sebagai Cucu dari Putera/Puteri kita, hal ini karena walaupun sudah tua, tapi Nenek/Kakek buyut tersebut masih dapat melihat (bahasa simalungun: Manonoi)si Nono
^ Sebagian orang mengartikan Nini sebagai Cucu dari Cucu kita, hal ini karena walaupun sudah tua, tapi Nenek/Kakek buyut tersebut hanya dapat mendengar apa yang dikatakan (bahasa simalungun: nini) si Nini

SUMBER "http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Simalungun"

sejarah suku simalungun

Dari sumber-sumber kuno dan cerita-cerita rakyat di Simalungun, orang yang kemudian menjadi suku Simalungun berketurunan dari ragam nenek moyang. Dalam perjalanan sejarahnya, suku Simalungun datang dalam dua gelombang. Gelombang pertama (Proto Simalungun) diperkirakan datang dari India Selatan (Nagore) dan India Timur (Pegunungan Assam) sekitar abad ke-5 menyusuri Birma terus ke Siam dan Melaka selanjutnya menyebrang ke Sumatera Timur dan mendirikan Kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik. Dan kemudian gelombang kedua (Deutro Simalungun) yang merupakan pembaruan suku-suku tetangga dengan suku Simalungun asli (Herman Purba Tambak, SIB 3/9/2006, hlm. 9).

Selanjutnya panglima-panglima (Raja Goraha) Kerajaan Nagur bermarga Saragih, Sinaga dan Purba dijadikan menantu oleh Raja Nagur dan kelak mendirikan kerajaan-kerajaan : Silou (Purba Tambak), Tanoh Djawa (Sinaga), Raya (Saragih). Kerajaan-kerajaan ini pada abad XIII-XV mengalami serangan-serangan dari tentara Singasari, Majapahit, Rajendra Chola dari India dan terakhir Aceh, sultan-sultan Melayu dan Belanda.

Terkenal dalam cerita-cerita rakyat Simalungun akan ”hattu ni sappar” yang melukiskan situasi mengerikan di Simalungun akibat peperangan itu, mayat-mayat bergelimpangan, kericuhan sehingga mengakibatkan wabah penyakit kolera yang merajalela. Dan konon menurut legenda, orang Simalungun mengungsi ke seberang Laut Tawar (obat penawar Sappar) sampai ke sebuah pulau yang kemudian dinamai “Samosir” ( Sahali misir).

Kelak keturunan orang Simalungun yang berdiam di Samosir kembali lagi ke kampung halamannya (huta hasusuran) di Nagur dan dilihatlah daerah itu sudah ditinggalkan orang karena mengungsi, sepi dan yang tersisa hanya peninggalan rakyat Nagur, sehingga dinamakanlah daerah Nagur itu “sima-sima ni nalungun” dan lama kelamaan menjadi Simalungun (daerah yang sunyi sepi) (M.D Purba, 1997).

Pembauran dengan suku-suku tetangga khususnya dari Pulau Samosir, Silalahi, Karo, dan Pakpak menyebabkan adanya timbul marga baru di Simalungun, seperti: marga Sidauruk, Sidabalok, Siadari, Simarmata, Simanihuruk, Sidabutar, Munthe, Sijabat yang berafiliasi dengan marga Saragih, Manorsa, Simamora, Sigulang Batu, Parhorbo, Sitorus dan Pantomhobon yang berafiliasi dengan marga Purba, Malau, Limbong, Sagala, Gurning, Manikraja yang berafiliasi dengan marga Damanik, Sipayung, Sihaloho, Sinurat, Sitopu yang berafiliasi dengan marga Sinaga (tetapi sejak Revolusi Sosial sudah kembali ke marga asalnya). Selain itu masih ada marga Lingga, Manurung, Butar-butar, Sirait di Simalungun timur dan barat.

Demikianlah sampai zaman modern ini “warna-warni” suku Simalungun ini menyebabkan suku Simalungun sangat ****ran dan bahkan nyaris “hilang” karena terlalu terbukanya dengan para pendatang. Belum lagi dengan suku Simalungun yang masuk Islam sejak abad XV di Asahan dan Deli serta Serdang mengaku dirinya Melayu dan menghilangkan identitasnya sebagai suku Simalungun.

Dahulu kala menurut Tuan Taralamsyah Saragih (surat pribadi,1963), orang Simalungun asli itu merupakan keturunan dari empat raja-raja besar yang berasal dari Siam dan India dengan rakyatnya masuk ke Sumatera Timur terus ke Aceh, Langkat dan daerah Bangun Purba dan Bandar Kalifah sampai Batubara. Akibat desakan orang “Djau”, berangsur-angsur mereka mencapai pinggiran Danau Toba sampai ke Samosir. Adapun keempat marga-marga Simalungun yang empat populer dengan nama SISADAPUR (Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba) berasal dari “harungguan bolon” (permusyawaratan besar) raja-raja yang empat itu agar jangan saling menyerang, bermusuhan dan “marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh.” Keempat raja itu adalah:

1. Raja Nagur
Marga Damanik = Simada Manik, Simalungun: “Manik” = tonduy,sumangat, tunggung, (yang bersemangat, berkharisma, agung) halanigan, tercerdas Raja Nagur on marimbang raja na legan janah bahatan balani. Mereka ini berasal dari kaum bangsawan India Selatan dari Kerajaan Nagore. Keturunan Raja Nagur ini pada abad ke-12 terbagi menjadi tiga bagian menurut keturunan ketiga putera raja Nagur yang mengungsi dari Pamatang Nagur di Pulau Pandan akibat serangan Raja Rajendra Chola dari India, yaitu : Marah Silau (yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja Sipolha, Raja Siantar, Tuan Raja Sidamanik dan Tuan Raja Bandar), Soro Tilu (yang menurunkan marga raja Nagur di sekitar gunung Simbolon: Damanik Nagur, Bayu, Hajangan, Rih, Malayu, Rappogos, Usang, Rih, Simaringga, Sarasan, Sola), Timo Raya (yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan keturunannya Damanik Tomok). Kemudian datang marga keturunan Silau Raja, Ambarita Raja, Gurning Raja, Malau Raja, Limbong, Manik Raja mengaku Damanik di Simalungun yang berasal dari Pulau Samosir.

2. Raja Banua Sobou Bermarga Saragih.
Saragih: Simalungun : Simada Ragih; Ragih = atur, susun, tata (pemilik aturan, pengatur, pemegang undang-undang, penyusun). Keturunannya adalah Saragih Garingging yang pernah merantau ke Ajinembah dan kembali ke Raya, Saragih Sumbayak keturunan Tuan Raya Tongah, Pamajuhi, dan Bona ni Gonrang. Pada zaman Tuan Rondahaim, marga Turnip, Sidauruk, Simarmata, Sitanggang, Munthe, Sijabat, Sidabalok, Sidabukke, Simanihuruk mengaku dirinya Saragih di Simalungun. Jelaslah bahwa hanya dua keturunan Raja Banua Sobou yakni : Sumbayak dan Garingging. Garingging kemudian pecah lagi menjadi Dasalak dan Dajawak. Dasalak menjadi raja di Padang Badagei, dan Dajawak merantau ke Rakutbesi dan Tanah Karo dengan Marga Ginting Jawak. Sedangkan Pardalan Tapian adalah berasal marga dari Samosir.

3. Raja Banua Purba bermarga Purba.
Purba adalah bahasa Sansekerta “purwa” artinya timur, gelagat masa datang, pengatur, pemegang undang-undang, tenungan pengetahuan, cendikiawan/sarjana. Keturunannya adalah :Tambak, Sigumonrong, Tua, Sidasuha (Sidadolog, Sidagambir). Kemudian ada lagi Purba Siborom Tanjung, Pakpak, Girsang, Tondang, Sihala, Raya. Pada abad ke-18 datang marga Simamora dari Bakkara melalui Samosir ke Haranggaol dan mengaku dirinya Purba, merekalah yang menurunkan marga Purba Manorsa yang tinggal di Tangga Batu dan Purbasaribu.

4. Raja Saniang Naga bermarga Sinaga atau Tanduk Banua (terletak di perbatasan Simalungun dengan tanah Karo).
Marga Sinaga = Simada Naga adalah marga asli Simalungun. Naga dikenal juga dengan mitologi dewa yang penjaga bumi yang menyebabkan gempa dan tanah longsor. Keturunannya adalah marga Sinaga di Kerajaan Tanah Jawa, Batangiou di Asahan.

Tuan Girsang Sipangan Bolon adalah anakboru Raya pada zaman kerajaan-kerajaan Simalungun. Pada abad ke XIV saat serangan Majapahit, pasukan dari Jambi dipimpin Panglima Bungkuk dengan pasukannya melarikan diri ke Kerajaan Batangiou dan mengaku dirinya Sinaga, dan menurut Taralamsyah Saragih nenek moyang mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga Dadihoyong setelah mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari kerajaan Batangiou dalam adu sumpah (sibijaon) (Tideman, 1922).

Sementara Tuan Gindo Sinaga keturunan Tuan Djorlang Hataran mengaku Sinaga keturunan raja Tanoh Djawa berasal dari India. Beberapa keluarga besar Partongah Raja Tanoh Djawa menghubungkannya dengan daerah Naga Land (Tanah Naga) di India Timur yang berbatasan dengan Birma yang memang memiliki banyak Similaritas dengan adat kebiasaan, postur wajah dan anatomi tubuh serta bahasa dengan suku Simalungun dan Batak lainnya.

Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal “silsilah” karena penentu partuturan di Simalungun adalah “hasusuran” (tempat asal nenek moyang) dan tibalni parhundul dalam horja-horja adat. Dahulu kalau orang Simalungun bertemu, bukan langsung bertanya “aha marga ni ham?” tetapi “hunja do hasusuran ni ham?” seperti pepatah Simalungun “Sin Raya, sini Purba, sin Dolog, sini Panei. Na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei.” Kenapa? Karena seluruh marga raja-raja Simalungun itu diikat oleh persekutuan adat yang erat oleh karena konsep perkawinan antara raja dengan “puang bolon” (permaisuri) yang adalah puteri raja tetangganya. Seperti raja Tanoh Djawa dengan puang bolon dari Kerajaan Siantar (Damanik), raja Siantar yang puang bolonnya dari Partuanan Silappuyang, raja Panei dari putri raja Siantar, raja Silau dari putri raja Raya, raja Purba dari putri raja Siantar dan Silimakuta dari putri raja Raya atau Tongging.

Zaman raja-raja Simalungun, orang yang tidak jelas garis keturunannya dari raja-raja disebut “jolma tuhe-tuhe” atau “silawar” (pendatang). Zaman dahulu mereka ini akibat hukum marga yang keras di Simalungun menyatukan dirinya dengan marga raja-raja agar mendapat hak hidup di Simalungun.

Demikianlah sehingga makin bertambah banyak marga di Simalungun. Tetapi meski demikian sejak dahulu hanya ada empat marga pokok di Simalungun yakni Sisadapur : Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba. Setelah raja-raja dikuasai Belanda sejak ditandatanganinya Korte Verklaring (Perjanjian Pendek) tahun 1907 dan dihapuskannya kerajaan/feodalisme dalam aksi Revolusi Sosial tanggal 3 Maret 1946 sampai April 1947, peraturan tentang marga itu hapus di Simalungun. Masing-masing marga kembali lagi ke marga aslinya dan ke sukunya semula.

Jadi salah satu cara untuk mempertahankan identitas Simalungun adalah dengan mengetahui garis keturunan orang Simalungun itu sendiri dan berbudaya, beradat, berbahasa Simalungun agar tidak larut dengan etnis lain yang memiliki kemiripan marga, budaya, bahasa dan adat-istiadat.

>>>Pdt Juandaha Raya P Dasuha, STh

Monday, July 23, 2007

akhirnya muzijat itu nyata

akhirnya muzijat itu nyata....
my wife yang sudah jelas divonis dokter SPOG, nggak bisa pregnant lagi...ternyata bisa. SYUKUR YA... TUHAN YESUS..Engkau melimpahkan berkat dan muzijatmu pada keluarga-ku, khususnya pada mama.

Doa kami telah KAMU dengar,kiranya doa dan harapan kami yang lain selalu terwujud.

tarimakasih ma BAMU TUHAN, terimakasih Tuhan, thanks our LORD!!!

Wednesday, June 13, 2007

grill fish

rabu, 13 june 2007.
dirumah manggang ikan dengan orang-orang nagori bah tonang sebanyak 6 orang...
mereka sanagt menikmati....lahap...bahagia...

ninjau my lovely land....

malam hari ngobrol dengan bapa tua kepling V

ada pasien mama - check kehamilan...

Tuesday, June 12, 2007