Sunday, September 10, 2006

simalungun harus ditakutikah?

Pertama sekali penulis mengucapkan terimakasih kepada “ Deideng Center “ yang berani dan sudah berbuat untuk pemberdayaan Simalungun. Bagi anda yang pernah membaca dan menyimak slogan berikut ini: AHU SIMALUNGUN, Marahap Simalungun, Marsahap Simalungun, Martutur Simalungun, Maradat Simalungun, Marhio Simalungun, Marfalsafah Simalungun “ Habonaron Do Bona “. Deretan kalimat diatas menghiasi baju kaos yang dihadiahi salah seorang peserta Jelajah Negeri Padamu Simalungun awal tahun 2006 yang lalu bagi Penulis.

Membaca penggalan-penggalan kalimat tersebut diataslah, beberapa orang yang tentu saja bukan suku Simalungun ( sebut saja suku X ) merasa seperti cacing kepanasan sampai merasa tidak bersalah melontarkan kata-kata yang menyinggung perasaan. Yang jelas melihat dari tingkah dan gelagat mereka, rasa risih dan benci memuncak dibenaknya setiap kali baju tersebut dipakai oleh penulis. Maklum saja penulis sangat senang memakai baju tersebut.

Terkadang jenuh dan capek menerangkan bagi mereka bahwa suku Simalungun itu tidak seperti apa yang ada dibenak mereka. Memang sulit untuk dimengerti , mengapa mereka bersikap demikian, padahal hitung punya hitung di bumi Simalungun mereka mencari nafkah dan beranak pinak. Nenek moyang Simalungun menerima mereka dan memberikan mereka kesempatan untuk mengelola tanah yang ada.
Padahal negara barat saja telah mengakui kedaulatan atau eksistensi Simalungun dengan menyebut Simalungun sebagai “ Timorlanden “.

Memang kedatangan orang – orang tersebut sangat erat kaitannya dengan masuknya para missionar barat membawa kabar baru dan kabar baik tentangNYA. Sehingga suku Simalungun sempat terpaksa bahkan bingung harus menguasai bahasa lain untuk mengenal serta memuji Tuhan. Dekade ini bahasa Simalungun terabaikan.
Hal ini berlangsung sangat lama ( baca: august theis ), untung saja tokoh-tokoh pendidikan, budaya simalungun peduli dan cepat tanggap akan hal ini, dengan berdasarkan falsafah habonaron do bona mereka merubah / mempergunakan bahasa Simalungun di sekolah-sekolah, dan rumah ibadah dengan mencetak buku-buku dengan memakai bahasa Simalungun.

Perjalanan Suku Bangsa Simalungun menuju kearah yang lebih baik sangat banyak mendapat rintangan baik dari intern maupun extern. Mungkin sudah sifat manusia tidak menerima apabila melihat sesamanya maju selangkah saja. Viva Simalungun! Simalungun tidak usah ditakuti.! ( Penulis berdiam di Kabupaten Simalungun tapi di Kecamatan minoritas suku Simalungun )

No comments: